Selasa, 14 Juni 2016

Asal Usul Kota Banjarmasin

Pada zaman dulu berdirilah suatu kerajaan bernama Nagara Daha. Kerajaan itu didirikan Putri Kalungsu berbarengan putranya, Raden Sari Kaburangan dengan kata lain Sekar Sungsang yang bergelar Panji Agung Maharaja Sari Kaburangan. Konon, Sekar Sungsang seseorang penganut Syiwa. la membangun candi serta lingga paling besar di Kalimantan Selatan. Candi yang didirikan itu bernama Candi Laras. Pengganti Sekar Sungsang yaitu Maharaja Sukarama. Pada saat pemerintahannya, pergolakan berjalan terus-menerus. Meskipun Maharaja Sukarama mengamanatkan supaya cucunya, Pangeran Samudera, nantinya menukar tahta, Pangeran Mangkubumi-lah yang naik tahta.
     Kerajaan tak hentinya alami kekacauan lantaran perebutan kekuasaan. Konon, siapa juga menempati takhta bakal terasa tak aman dari rongrongan. Pangeran Mangkubumi pada akhirnya terbunuh dalam satu usaha perebutan kekuasaan. Mulai sejak itu, Pangeran Tumenggung jadi penguasa kerajaan.

Pewaris kerajaan yang sah, Pangeran Samudera, pasti tak aman bila terus tinggal dalam Lingkungan kerajaan. Atas pertolongan patih Kerajaan Nagara Daha, Pangeran Samudera melarikan diri. Ia menyamar serta hidup di daerah sepi di seputar muara Sungai Barito. Dari Muara Bahan, bandar paling utama Nagara Daha, ikuti aliran sungai sampai ke muara Sungai Barito, ada kampung-kampung yang berbanjar-banjar atau berderet-deret melewati tepi-tepi sungai. Kampung-kampung itu yaitu Balandean, Sarapat, Muhur, Tamban, Kuin, Balitung, serta Banjar.

Diantara kampung-kampung itu, Banjar-lah yang paling bagus letaknya. Kampung Banjar dibuat oleh lima aliran sungai yang muaranya bersua di Sungai Kuin.

Lantaran letaknya yang bagus, kampung Banjar lalu berkembang jadi bandar, kota perdagangan yang ramai dikunjungi kapal-kapal dagang dari beragam negeri. Bandar itu dibawah kekuasaan seseorang patih yang umum dimaksud Patih Masih tetap. Bandar itu juga di kenal dengan nama Bandar Masih tetap.

Patih Masih tetap tahu bahwa Pangeran Samudera, pemegang hak atas Nagara Daha yang sah, ada di wilayahnya. Lalu, ia mengajak Patih Balit, Patih Muhur, Patih Balitung, serta Patih Kuin untuk berunding. Mereka setuju mencari Pangeran Samudera ditempat persembunyiannya untuk dinobatkan jadi raja, penuhi wasiat Maharaja Sukarama.



Dengan diangkatnya Pangeran Samudera jadi raja serta Bandar Masih tetap juga sebagai pusat kerajaan sekalian bandar perdagangan, makin terdesaklah kedudukan Pangeran Tumenggung. Terlebih beberapa patih tak mengakuinya lagi juga sebagai raja yang sah. Mereka juga tak ikhlas menyerahkan upeti pada Pangeran Tumenggung di Nagara Daha.

Pangeran Tumenggung tak tinggal diam hadapi situasi itu. Tentara serta armada di turunkannya ke Sungai Barito hingga terjadi pertempuran besar-besaran. Peperangan berlanjut selalu, belum ada kepastian pihak mana yang menang. Patih merekomendasikan pada Pangeran Samudera supaya minta pertolongan ke Demak. Konon menurut Patih Masih tetap, waktu itu Demak jadi penakluk kerajaan-kerajaan yang ada di Jawa serta jadi kerajaan terkuat sesudah Majapahit.

Pangeran Samudera juga kirim Patih Balit ke Demak. Demak sepakat nnemberikan pertolongan, seandainya Pangeran Samudera sepakat dengan prasyarat yang mereka kemukakan, yakni ingin memeluk agama Islam. Pangeran Samudera bersedia terima prasyarat itu. Lalu, suatu armada besar juga pergi menyerang pusat Kerajaan Nagara Daha. Armada besar itu terdiri atas tentara Demak serta sekutunya dari semua Kalimantan, yang menolong Pangeran Samudera serta beberapa patih pendukungnya. Kontak senjata pertama berlangsung di Sangiang Gantung. Pangeran Tumenggung sukses dipukul mundur serta bertahan di muara Sungai Amandit serta Alai. Korban berjatuhan di ke-2 iris pihak. Panji-panji Pangeran Samudera, Tatunggul Wulung Wanara Putih, makin banyak berkibar di beberapa tempat taklukannya.

Hati Arya Terenggana, Patih Nagara Dipa, sedih lihat sekian banyak korban rakyat jelata dari ke-2 iris pihak. Ia mengusulkan pada Pangeran Tumenggung satu langkah untuk mempercepat selesainya peperangan, yaitu lewat perang tanding atau duel pada ke-2 raja yang bertikai. Cara tersebut diusulkan untuk hindari makin banyak korban di ke-2 iris pihak. Pihak yang kalah mesti mengaku kedaulatan pihak yang menang. Usul Arya Terenggana ini di terima ke-2 iris pihak.

Pangeran Tumenggung serta Pangeran Samudera naik suatu perahu yang dimaksud talangkasan. Perahu-perahu itu dikemudikan oleh panglima ke-2, iris pihak. Ke-2 pangeran itu menggunakan baju perang dan membawa parang, sumpitan, keris, serta perisai atau telabang.


Pangeran Samudera Asal Mula Nama Kota Banjarmasin Mereka sama-sama bertemu di Sungai Parit Basar. Pangeran Tumenggung dengan nafsu angkaranya mau membunuh Pangeran Samudera. Demikian sebaliknya, Pangeran Samudera tak tega berkelahi melawan pamannya. Pangeran Samudera mempersilakan pamannya untuk membunuhnya. Ia ikhlas mati di tangan orangtua yang pada intinya terus disadari juga sebagai pamannya.

Pada akhirnya, luluh juga hati Pangeran Tumenggung. Kesadarannya nampak. la dapat memandang Pangeran Samudera bukanlah juga sebagai musuh, namun juga sebagai keponakannya yang didalam badannya mengalir darahnya sendiri. Pangeran Tumenggung melemparkan senjatanya. Lalu, Pangeran Samudera dipeluk. Mereka bertangis-tangisan.

Dengan hati tulus, Pangeran Tumenggung menyerahkan kekuasaan pada Pangeran Samudera. Berarti, Nagara Daha ada di tangan Pangeran Samudera. Walau demikian, Pangeran Samudera berkemauan jadikan Bandar Masih tetap atau Banjar Masih tetap juga sebagai pusat pemerintahan karena bandar itu lebih dekat dengan muara Sungai Barito yang sudah berkembang jadi kota perdagangan. Bukan sekedar itu, rakyat Nagara Daha juga dibawa ke Bandar Masih tetap atau Banjar Masih tetap. Pangeran Tumenggung di beri daerah kekuasaan di Batang Alai dengan seribu orang masyarakat juga sebagai rakyatnya. Nagara Daha juga jadi daerah kosong.

Juga sebagai seseorang raja yang beragama Islam, Pangeran Samudera merubah namanya jadi Sultan Suriansyah. Hari kemenangan Pangeran Samudera atau Sultan Suriansyah, 24 September 1526, jadikan hari jadi kota Banjar Masih tetap atau Bandar Masih tetap.

Lantaran tiap-tiap kemarau landang (panjang) air jadi masin (asin), makin lama nama Bandar Masih tetap atau Banjar Masih tetap jadi Banjarmasin.

Pada akhirnya, Sultan Suriansyah juga wafat. Makamnya hingga saat ini terpelihara dengan baik serta ramai dikunjungi orang. Letaknya di Kuin Utara, di tepi Sungai Kuin, Kecamatan Banjar Utara, Kota Madya Daerah Tingkat II Banjarmasin.



Tiap-tiap tanggal 24 September Wali Kota Madya Banjarmasin serta beberapa petinggi berziarah ke makam itu untuk memperingati kemenangan Sultan Suriansyah atas Pangeran Tumenggung. Sultan Suriansyah yaitu sultan atau raja Banjar pertama yang beragama Islam.

0 komentar:

Posting Komentar