1. MESJID RAYA SABILAL MUHTADIN
Masjid Raya Sabilal Muhtadin adalah sebuah masjid besar yang berada di Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Indonesia, tepatnya di kelurahan Antasan Besar, kecamatan Banjarmasin Tengah.
Di dalam kompleks mini juga terdapat kantor MUI Kalimantan Selatan.
Masjid ini dibangun di tepi barat sungai Martapura dan dibangun pada
tahun 1981.[1] Di Masjid ini akan diselenggarakan Seleksi Tilawatil Quran Nasional (STQN) Ke XXI 2011 pada tanggal 4-11 Juni 2011.[2]
Sabilal Muhtadin, nama pilihan untuk Mesjid Raya Banjarmasin ini, adalah sebagai penghormatan dan penghargaan terhadap Ulama Besar alm. Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari (1710—1812) yang selama hidupnya memperdalam dan mengembangkan agama Islam di Kerajaan Banjar
atau Kalimantan Selatan sekarang ini. Ulama Besar ini tidak saja
dikenal di seluruh Nusantara, akan tetapi dikenal dan dihormati melewati
batas negerinya sampai ke Malaka, Filipina, Bombay, Mekkah, Madinah, Istambul dan Mesir.
2. MESJID JAMI BANJARMASIN
Masjid Jami' Banjarmasin atau dikenal juga sebagai Masjid Jami' Sungai Jingah adalah sebuah masjid bersejarah di kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Mesjid berarsitektur Banjar dan kolonial (indish) yang dibuat dengan bahan dasar kayu ulin ini dibangun pada tahun 1777.[1]
Walaupun termasuk di lingkungan Kelurahan Antasan Kecil Timur, masjid
yang seluruh konstruksi bangunan didominasi kayu besi alias kayu ulin
ini lebih identik dikenal Masjid Jami Sungai Jingah.[1] Lokasi awal pembangunan masjid ialah di tepi Sungai Martapura, setelah masjid ini dipindahkan sekarang berada di Jalan Masjid kelurahan Antasan Kecil Timur,[2] Kota Banjarmasin pada tahun 1934.[3]
3. MESJID SULTAN SURIANSYAH
Masjid Sultan Suriansyah atau Masjid Kuin adalah sebuah masjid bersejarah di Kota Banjarmasin yang merupakan masjid tertua di Kalimantan Selatan. Masjid ini dibangun pada masa pemerintahan Sultan Suriansyah (1526-1550), Raja Banjar pertama yang memeluk agama Islam.[1]
Masjid Kuin merupakan salah satu dari tiga masjid tertua yang ada di
kota Banjarmasin pada masa Mufti Jamaluddin (Mufti Banjarmasin), masjid
yang lainnya adalah Masjid Besar (cikal bakal Masjid Jami Banjarmasin)
dan Masjid Basirih.[2] Masjid ini terletak di Kelurahan Kuin Utara, kawasan yang dikenal sebagai Banjar Lama
merupakan situs ibu kota Kesultanan Banjar yang pertama kali. Masjid
ini letaknya berdekatan dengan komplek makam Sultan Suriansyah dan di
tepian kiri sungai Kuin.
Masjid yang didirikan di tepi sungai Kuin
ini memiliki bentuk arsitektur tradisional Banjar, dengan konstruksi
panggung dan beratap tumpang. Pada bagian mihrab masjid ini memiliki
atap sendiri yang terpisah dengan bangunan induk.
4. MESJID AGUNG AL-KAROMAH
Masjid Agung Al Karomah[1] adalah masjid besar yang terletak di Kota Martapura, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan dan merupakan masjid terbesar di Kalimantan Selatan. Masjid ini juga merupakan markah tanah dari Kota Martapura karena mudah diakses dari seluruh kota di Kalimantan Selatan karena terletak di Jl. Ahmad Yani yang merupakan jalan utama (jalan nasional) antar kota, terutama dari Kaltim (arah utara) hingga Kota Banjarmasin.
Sejarah
Sebagai pusat Kerajaan Banjar, Martapura tercatat menjadi saksi 12 sultan
yang memerintah. Pada waktu itu Mesjid berfungsi sebagai tempat
peribadatan, dakwah Islamiyah, integrasi umat Islam dan markas atau
benteng pertahanan para pejuang dalam menantang Belanda. Akibat
pembakaran Kampung Pasayangan dan Masjid Martapura, muncul keinginan membangun Masjid yang lebih besar. Tahun 1280 Hijriyah atau 1863 Masehi, pembangunan masjid pun dimulai.[2]
Masjid Agung Al Karomah, dulunya bernama adalah Masjid Jami’ Martapura, yang didirikan oleh panitia pembangunan masjid yaitu HM. Nasir, HM. Taher (Datu Kaya), HM. Afif (Datu Landak). Kepanitiaan ini didukung oleh Raden Tumenggung Kesuma Yuda dan Mufti HM Noor.[2]
Menurut riwayatnya, Datuk Landak dipercaya untuk mencari kayu Ulin sebagai sokoguru masjid, ke daerah Barito, Kalimantan Tengah. Setelah tiang ulin berada di lokasi bangunan Masjid lalu disepakati.
Tepat 10 Rajab 1315 H (5 Desember 1897
M) dimulailah pembangunan Masjid Jami’ tersebut. Secara teknis bangunan
masjid tersebut adalah bangunan dengan struktur utama dari kayu ulin
dengan atap sirap, dinding dan lantai papan kayu ulin. Seiring dengan
perubahan masa dari waktu ke waktu masjid tersebut selalu di renovasi,
tapi struktur utama tidak berubah.[2]
Malam Senin 12 Rabiul Awal 1415 H dalam perayaan hari kelahiran Nabi Besar Muhammad SAW, Masjid Jami’ Martapura diresmikan menjadi Masjid Agung Al Karomah.[2]
Saat ini Masjid Agung Al Karomah berdiri megah dengan konstruksi beton dan rangka atapnya terbuat dari baja stainless, yang terangkai dalam struktur space frame. Untuk kubahnya dilapisi dengan bahan enamel.
Di dalam masjid, sampai saat ini masih dapat ditemukan dan dilihat
struktur utama Masjid Jami Martapura yang tidak dibongkar, sehingga
dapat dilihat sebagai bukti sejarah mulai berdirinya masjid tersebut.
5. MESJID AGUNG RIYADUSSHALIHIN
Masjid Agung Riyadusshalihin adalah masjid terbesar yang berada di kota Barabai, Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Provinsi Kalimantan Selatan, Indonesia. Masjid ini dibangun pada tahun 1962 dan merupakan salah satu wisata religius kebanggaan warga Barabai.[1][2]
Pembangunan Masjid Agung didasarkan dari niat Amirmachmud sewaktu
menjadi Panglima Kodam X Lambung Mangkurat, dalam satu kesempatan
kunjungannya ke Barabai, ia berniat mendirikan sebuah masjid dengan
membeli sebidang tanah dengan harga Rp 1 Juta yang kemudian diwakafkan
kepada Panitia Pembangunan Masjid. Niat untuk membangun Masjid dari
Amirmachmud mendapat tanggapan positif dari banyak pihak sehingga
bantuan untuk pembangunan mengalir dari para donator baik dari warga
sekitar hingga luar daerah, bantuan juga mengalir dari Presiden RI,
Kementerian Agama RI dan Pemerintah Kabupaten HST yang mengalokasikan
dana khusus untuk rampungnya pembangunan masjid Agung.[2]
Seiring waktu pembangunan Masjid Agung terus mengalami perubahan dan
perbaikan, dari desain lama ke desain baru sehingga bangunan Masjid
semakin kokoh, megah dan indah dipadu warna menghijau yang khas, atap
kubah juga diganti agar tidak bocor lagi. Perubahan juga terjadi bentuk
depan masjid dan halaman depan masjid yang luas makin cantik dipadu
ragam tanaman penghijauan dan penerangan lampu di setiap sudutnya, daya
tampung pun cukup untuk ribuan jemaah baik untuk lantai pertama dan
kedua.[1]
6. MESJID BAANGKAT
Masjid Su’ada atau lebih dikenal dengan nama Masjid Ba'angkat adalah salah satu masjid tertua di Kalimantan Selatan yang berlokasi di desa Wasah Hilir, Kecamatan Simpur, Kabupaten Hulu Sungai Selatan.
Masjid ini didirikan oleh ulama bernama Al Allamah Syekh H. Abbas dan
Al Allamah Syekh H.M. Said bin Al Allamah Syekh H. Sa’dudin pada tanggal
28 Zulhijjah 1328 Hijriyah bersamaan dengan tahun 1908
Masehi. Masjid ini didirikan di atas tanah wakaf milik Mirun bin Udin
dan Asmail bin Abdullah seluas 1.047,25 meter persegi. Masjid berjarak
sekitar 7 kilometer dari ibu kota Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Kandangan.
Aristektur
Bentuk
bangunan induk Masjid Su’ada yakni persegi empat, bertingkat tiga,
mempunyai loteng menutup gawang/puncah dan petala/petaka yang megah.
Semua itu memunyai makna tertentu sebagai berikut:
- Tingkat pertama mengandung makna Syariat
- Tingkat kedua mengandung makna Thariqat
- Tingkat ketiga mengandung makna Hakikat
- Loteng mengandung makna Ma’rifat
- Petala/petaka yang megah berkilauan yang dihiasi oleh cabang-cabang yang sdang berbunga dan berbuah melambangkan kesempurnaan Ma’rifat
0 komentar:
Posting Komentar